Diberdayakan oleh Blogger.

Era Konvergensi dan Intervensi Terhadap Media

Media adalah sebuah informan yang memberikan berbagai informasi penting mengenai kejadian-kejadian yang terjadi di negara ini. Sudah sepantasnnya pula setiap media berusaha untuk memberikan informasi yang dibutuhkan oleh para penggunanya, baik media televisi, radio, cetak ataupun online.

Sebut saja TV One yang merupakan salah satu group dari Visi Media Group milik Bakrie, dimana TV One saat ini memang banyak memberikan informasi yang menarik dan juga dibutuhkan oleh masyarakat. TV One yang mempunyai tagline “Terdepan Mengabarkan” berusaha menjadi yang nomer satu dengan menjadikan berita sebagai sajian utama mereka.

Dalam group Visi Media milik Bakrie bukan hanya TV One tetapi termasuk juga ANTV dan juga media online Viva News.com. Namun media-media ini tidak bergerak di bidang yang sama yang menjadikan berita sebagai sajian utama mereka. Dan saya saat ini ingin memfokuskan tulisan saya kepada TV One media yang menjadikan berita sebagai sajian utama.

TVOne yang terhitung baru dalam persaingan Program berita tampil pada orientasi tayangannya lebih mengarah pada berita dan olahraga. Ternyata berdasarkan hasil survei kepemirsaan TV Nielsen Audience Measurement di 10 kota besar di Indonesia memperlihatkan adanya kecenderungan bahwa segmen penonton berita lebih memilih stasiun TV berita dengan beragamnya pilihan program berita untuk senantiasa memperoleh informasi terbaru seputar kasus-kasus yang sedang hangat dibicarakan.

Namun di era konvergensi media yang melahirkan konglomerat media menyebabkan terjadinya pemusatan kepemilikan media massa, dan timbulnya tarik ulur antara idealisme pers, kepentingan bisnis dan kepentingan politik. Seperti yang terjadi pada TV One dimana kepemilikannya itu adalah seorang konglomerat media yang juga merambah di dunia politik, Aburizal Bakrie pemilik dari Visi Media Group.

Bukan hanya itu saja, Bakrie juga memiliki beberapa usaha dan beberapa perusahaan yang bergerak dibidangnya masing-masing. Seperti sebuat saja PT.Lapindo Brantas yang bergerak di sumber daya alam adalah salah satu perusahaan yang saham terbesarnya dimiliki oleh Bakrie.

Namun pada sekitar beberapa tahun yang lalu dimana PT.Lapindo Brantas sedang melakukan pengeboran di Sidoarjo terjadi sebuah bencana dimana lumpur panas dari dalam bumi mencuat keluar dan belum bisa dihentikan hingga saat ini, sehingga bisa dilihat saat ini beberapa lokasi di Sidoarjo yang berdekatan dengan lokasi pengeboran menjadi danau lumpur.

Pada saat kejadian ini berlangsung banyak media yang memberitakannya bahkan hingga kini, namun yang mejadi perhatian saya ialah mengapa pemberitaan yang dilakukan oleh TV One mengenai lumpur panas lapindo itu tidak seheboh yang dilakukan oleh media lain yang berorientasi sama yaitu mengedepankan sebuah berita informasi kepada masyarakat.

Mengapa demikian? Ternyata memang tidak ada satu pun media yang terlepas dari yang namanya intervensi baik dari pemerintah, pemilik media, temannya pemilik media, atau bahkan teman sendiri. Karena memang faktanya TVOne tidak mungkin mengadakan berita/acara yang sifatnya memojokkan sang boss, pemilik TVOne, Aburizal Bakrie. Misalnya, tentang lumpur Lapindo, dan kasus Gayus Tambunan, yang isinya memojokkan Aburizal Bakrie.

Termasuk di acara Indonesia Lawyer Club (ILC). Apalagi di ILC itu setiap peserta bebas berbicara dan disiarkan secara langsung. Sangat besar kemungkinan, peserta-peserta yang diundang di acara itu berbicara keras mengkritik, bahkan mengecam keras Aburizal Bakrie. Intervensi itu akan semakin memungkinkan kalau berita itu merugikan mereka atau teman mereka.

Seperti yang pernah terjadi saat TV One mencoba memberitakan tentang lumpur Lapindo, pihak TV One tidak menyebutkan “Lumpur Lapindo” melainkan “Lumpur Sidoarjo”. Karena bila mereka menyebutkan “Lumpur Lapindo” maka sama saja PT. Lapindo milik Bakrie lah yang menyebabkan masalah lumpur tersebut.

Namun saya cukup mengapresiasikan juga dengan konsistensi TV One dalam mengedepankan sebuah berita, walaupun seperti dalam kasus Lumpur Lapindo angel berita yang ditayangkan oleh TV One dan media lain memang berbeda. Dan menurut saya dimanapun kita, intervensi itu ada temasuk pada sebuah media yang notabenenya sebuah media itu adalah netral.


Saya rasa cukup sekian, banyak hal yang saya pelajari dengan berkelut di bidang jurnalistik bahwasannya intervensi itu ada dimana-mana termasuk di media. Jadi, jangan bermimpi media bisa steril dari yang namanya intervensi selama pemilik modal media yang berkuasa.

0 komentar:

Posting Komentar